Skip to main content

Pameran Foto Tipis-tipis

Beberapa Foto yang Dipamerkan Terpasang di Dinding Kaca

Total ada dua puluh delapan foto terpasang di dinding kaca. Di lorong menuju ruang utama. Di kantor ABB di Gedung Alamanda Bali lantai tiga. Sebagian ada di balik dinding. Di dalam ruangan rekreasi.

Ini pameran foto kami. 'Tipis-tipis' saja. Seperti istilah yang populer belakangan ini. Kurang lebih berarti pameran santai. Hanya sampingan. Serius, tapi tak serius-serius amat.

ABB adalah tempat saya bekerja tiga tahun terakhir ini. Dari sekitar 75 orang yang bekerja di kantor cabang Bali ini, ada banyak penghobi fotografi. Laman Instagram rekan-rekan sekantor saya ini pun menarik. Temanya sebagian besar adalah landscape, budaya, dan street.

Maka ketika tahu ada banyak penghobi fotografi, ide pameran itu pun muncul. Pencetusnya adalah Rizky Matriasya Hammed. Dan juga Kristianto Yanuar. Saat itu saya dengar mereka membahas pameran foto ini saat break ngopi. Saya ikut tertarik. Dan pastinya mendukung.  Bagaimana teknis pelaksanaannya, nanti akan diobrolkan bareng.

Akhirnya pengumuman dikumandangkan. Lewat email. Ke semua karyawan ABB yang di Bali. Intinya mengajak semua penghobi fotografi ikut berpartisipasi. Setiap peserta memamerkan dua foto hasil karyanya. Temanya bebas. Karena bebas, kesannya menjadi luas. Tak spesifik. Namanya saja tipis-tipis. Lagipula, ini pameran foto perdana kami di kantor. Jadi, itu bukan masalah.

Empat belas orang ikut serta. Saya sebutkan saja namanya. Argo Negoro. Made Eka. Rizki Abrar. Widnyana. Yudistira. Mahisa Prakoso. Christian Yulius. Jemly Naban. Harry Christanto. Adi Swandani. Indra Permana. Rizky Matriasya. Kristianto Yanuar. Dan saya sendiri.

Penampakan Pameran Foto di Lorong Kantor

Pameran ini mandiri. Jadi para peserta dipungut iuran untuk membiayainya. Masing-masing lima puluh ribu rupiah. Untuk biaya operasional. Cetak foto. Beli kertas dan karton untuk bingkai. Juga lem, untuk menempelkan foto di dinding kaca.

Siapa yang menyiapkan dan mengerjakan tetek bengeknya? Ya mandiri juga. Kami sendiri. Terutama dari panitia, yang diangkat dari pencetus ide ini. Dibantu oleh beberapa peserta lainnya.

Hari minggu di awal April ini, rekan-rekan panitia sibuk menyiapkannya. Yang biasanya bekerja di depan komputer menulis kode pemrograman, sekarang di depan dinding kaca menempel foto. Supaya hari Senin keesokan harinya semua sudah siap. Apalagi akan ada kunjungan petinggi perusahaan seminggu ke depan.

Pameran foto ini dilaksanakan selama dua minggu. Untuk menentukan foto mana yang terbaik, digunakan metode pilihan suara terbanyak. Semua yang bekerja di kantor ini berhak memberikan pilihannya. Dengan stiker. Yang jumlahnya tiga untuk masing-masing pemilih. Foto mana yang disuka, ditempeli stiker. Stikernya tentu tak ditempel di foto. Tapi di kertas putih yang menjadi bingkainya.

Panitia Menyiapkan Pameran. Memasang Foto Supaya Rapi dan Menarik.


Saya sendiri memamerkan dua foto berbeda jenis. Yang pertama berjenis landscape dengan judul 'Mystique Morning'. Yang kedua berjenis abstrak dengan judul 'Yang Terasingkan'.

Kedua foto saya adalah koleksi foto lama. Diambil beberapa tahun lalu ketika saya masih di Jakarta. Saya memakai foto lama karena tak memiliki waktu untuk menyaring dan mengedit foto sewaktu batas akhir pengumpulan.  Jadi saya pakai yang ada saja, yang tak  perlu mengedit atau mencari-cari lagi.

Foto pertama, yang landscape, pernah saya ikutkan lomba dulu. Jadi, fotonya sudah siap. Siap dalam artian  baik dan  beresolusi cukup. Sedangkan foto-foto lainnya yang saya anggap bagus kebanyakan beresolusi rendah. Hanya untuk keperluan diunggah di media sosial. Tak cocok untuk dicetak. File aslinya dalam bentuk psd. Format Photoshop. Selain tak ada waktu, juga tak ada aplikasi untuk mengedit. Di kantor tak ada aplikasi pengolah foto ini.

Sementara foto kedua, yang abstrak, tak butuh diutak-atik lagi. Hanya ukurannya yang perlu diperkecil. Ini bisa dilakukan dengan aplikasi pengolah foto biasa seperti MsPaint.

Ketika melihat foto-foto dari peserta lain, semuanya bagus. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri.  Saya tak menggunakan hak pilih saya dalam penilaian pameran foto ini. Golput ceritanya. Alasannya supaya adil. Kalau untuk mencari banyaknya suara, tentu saya bisa menempelkan stiker pada foto saya sendiri. Tapi biarlah itu ditentukan oleh rekan-rekan saya lainnya di kantor.

Tapi kalau secara pribadi, saya kagum dengan foto berjudul 'Salaryman in the Search of Best Pachinko', karya Mahisa Prakoso. Yang kedua 'Komoditas Rohani', karya Rizki Abrar. Dan yang ketiga 'The Mind Climb The Heigt', karya Yudistira. Ketiga foto ini membawa pesan menarik. Berbeda dengan foto-foto landscape yang lebih cenderung mengandalkan pemandangan indah.

Foto Favorit Saya 1 : Salaryman in the Search of Best Pachinko - Karya Mahisa Prakoso

Foto Favorit Saya 2 : Komoditas Rohani - Karya Rizki Abrar


Dan pada akhirnya, yang menjadi jawara nomor satu adalah Made Eka. Jumlah stiker untuk kedua fotonya paling banyak. Yang kedua adalah Harry Christanto. Dan ketiga adalah Jemly Naban.

Sebelumnya, saya mengira juara ditentukan oleh jumlah stiker per foto. Ternyata ditentukan oleh jumlah stiker per fotografer. Sepertinya ini taktik untuk menyebar juara. Karena jika per foto, maka akan ada kemungkinan satu fotografer meraih dua juara. Tak adil rasanya untuk pameran foto mandiri yang digarap bareng-bareng ini.

Saya sendiri mendapatkan stiker terbanyak nomor lima. Menjadi juara harapan kedua. Hadiahnya sebuah kaos polo dan power bank. Lumayan. Power bank ini saya jadikan hadiah untuk istri di rumah.

Yang tak dapat juara juga dapat hadiah. Tak ada yang tak dapat. Supaya tetap semangat. Sekaligus ucapan terima kasih sudah ikut berpartisipasi.

Jika melihat pameran atau lomba foto yang penilaiannya berdasarkan pemilih terbanyak, rasanya foto-foto yang lucu yang banyak mendapatkan peminat.

Salah seorang rekan berkomentar bahwa foto-foto landscape yang ditampilkan bagus semua. Membuatnya susah untuk memilih. Makanya ia memilih foto yang membuatnya tertawa. Maka tak heran jika foto monyet yang sedang tidur atau foto kerbau dengan burung mendapat banyak stiker. Karena lucu. Unik dan menarik.

Tapi apa pun hasilnya, juara atau tidak, yang penting tetap semangat. Semua senang. Semua dapat hadiah. Kantor jadi ramai. Kreativitas makin terasah. Esok atau lusa, tentu para peserta akan lebih produktif lagi. Hunting. Cari foto-foto baru lagi. Untuk mengabadikan berbagai peristiwa melalui kamera. []

Kuta, April 2019

Comments