Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Tak Ternilai dengan Uang

Hari mulai beranjak siang ketika minibus tujuan Batur Banjarnegara yang saya tumpangi masih ngetem menunggu penumpang di pinggiran jalan di sudut Kota Wonosobo. Telepon saya berdering. Mat Fadil, seorang asli Dieng menyapa saya di seberang sana. "Jadi ke Dieng nggak Mas...? Saya sudah menunggu di warung.", begitu ia bertanya dengan ramah dimana sehari sebelumnya saya sempat memberitahunya bahwa saya akan ke Dieng lagi. Perjalanan yang menanjak mendaki, melewati lereng-lereng bukit yang gersang oleh pepohonan hutan, dan udara yang terasa dingin menembus jendela kendaraan menjadi pemandangan tak asing menuju dataran tinggi di titik tengah Pulau Jawa ini. Seorang bapak setengah baya berpeci dan bersarung - pakaian khas masyarakat di daerah ketinggian memberitahu saya ongkos angkutan yang saya tumpangi ini; pemuda ramah yang menjadi kondektur yang mungkin usianya tidak melebihi saya dan yang mungkin tidak melanjutkan kuliah sehingga tidak menjadi pegawai kantoran di ibukota sepe

Dieng, Tempat Bersemayam Para Dewa

Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Dataran Tinggi Dieng. Setahun sudah berlalu, tak banyak yang berubah. Tapi sebuah catatan tambahan tentang tempat ini saya tulis, melengkapi catatan-catatan tahun lalu yang tercecer dan terlupa. Dimana sebagian besar data ini saya dapatkan dari theater film pendek di Dieng Plateau serta dokumentasi di Museum Kailasa Dieng. Jika sumber-sumber di internet mengatakan bahwa Dataran Tinggi Dieng terletak di antara Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, tetapi beberapa bagian kecilnya, tepatnya di bagian utara juga termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di Jawa Tengah. Dieng, Di Hyang, Tempat Tertinggi, Tempat Bersemayam Para Dewa Dieng yang berasal dari kata Di Hyang atau tempat tertinggi, diambil dari bahasa sansekerta yang dapat diartikan sebagai tempat yang tinggi, tempat bersemayam para dewa. Berdasarkan catatan sejarah, tempat ini diyakini sebagai awal peradaban Hindu di Pulau Jawa yang berkembang pada masa kejayaan Dinasti

Relawan

Beberapa waktu lalu, bahkan dari waktu-waktu sebelumnya, bencana melanda negeri kita. Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, banjir, dan lain-lain. Membuat masyarakat yang menjadi korban bencana tersebut harus rela untuk hidup tidak sesuai lagi dengan kebiasaan sebelumnya, hidup di tenda-tenda pengungsian, kehilangan rumah, harta benda, sanak saudara, dan bahkan kehilangan nyawa sendiri. Melihat hal itu banyak kalangan yang tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu untuk bisa meringankan beban para korban bencana tersebut. Mereka yang tergerak hatinya ini kita sebut volunteer atau relawan, yang mau bergerak langsung turun di lapangan atau yang ikut mendukung keberlangsungan kegiatan pertolongan tersebut. Seorang relawan pada waktu bencana Gunung Merapi, Yogyakarta dan Jawa Tengah Berbicara tentang volunteer atau relawan di Indonesia, adalah telah ada jauh sebelum isu-isu bencana alam di negara ini terjadi. Pada zaman penjajahan Belanda atau Jepang dulu, relawan dikirimkan

Kelompok Peduli Lingkungan Belitung

Belitung tidak hanya terkenal dengan julukan Negeri Laskar Pelangi. Juga bukan hanya pantai yang indah dengan bebatuan granit yang menghampar. Tetapi ada hal-hal menarik lain yang dimiliki oleh pulau penghasil timah ini. Adalah sekelompok pemuda Belitung yang dimotori oleh Budi Setiawan mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam kegiatan konservasi lingkungan di Belitung, tepatnya di Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung. Mereka menamakan diri Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB). Ikan nemo yang berenang di sela-sela tumbuhan laut Berdiri sejak September 1998, KPLB melakukan kegiatan peduli lingkungan yang menitikberatkan pada perlindungan tarsius di Pulau Belitung, reboisasi hutan mangrove di Pulau Selat Tasik, penyelamatan penyu sisik dan penyu lekang di Pulau Kepayang, serta penanaman terumbu karang di perairan sekitar. Selain itu kegiatan lingkungan lain yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat juga seringkali dilakukan. Terumbu karang di Perairan Bel

Di Negeri Laskar Pelangi

Dari dalam pesawat yang baru terbang puluhan menit dari Jakarta, saya melihat hijaunya Pulau Belitung lengkap dengan beberapa landscape bopeng pertambangan timah di beberapa sudut hutannya. Sementara lekukan-lekukan pantai dan pulau-pulau kecil dengan bebatuan granit yang menyembul tak teratur tetapi indah terlihat berpadu dengan birunya laut. Salah satu sudut bopeng Pulau Belitung Dua tahun terakhir, pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Bangka Belitung ini mulai terkenal setelah sukses novel dan film Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Pulau yang juga pernah menjadi alat tukar antara Inggris dan Belanda pada zaman penjajahan dulu kini menjadi salah satu tujuan wisata populer di Indonesia. Dan inilah alasan saya mengunjungi tempat ini bersama teman-teman dari komunitas XL Adventure. Perjalanan wisata ke Pulau Belitung di wilayahnya bagian barat laut, pantai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Semuanya masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Tanjung P

Geliat Pariwisata Pulau Tidung

Akhir pekan minggu lalu, saya mengunjungi Pulau Tidung , sebuah pulau yang menjadi bagian dari Kepulauan Seribu, Jakarta . Catatan awal yang terekam di kepala saya ketika hendak mengunjungi pulau ini adalah mengunjungi pulau yang sedang bergeliat dalam bidang pariwisata. Sebuah pulau kecil di Perairan Pulau Tidung Kenapa tidak? Beberapa minggu sebelumnya saya pernah diajak beberapa sahabat untuk melewatkan akhir pekan di pulau tersebut. Beberapa teman kuliah juga pernah mengatakan telah mengadakan reuni sma di sana. Bahkan, menurut cerita seorang teman berdasarkan informasi yang diperolehnya, Pulau Tidung yang luasnya hanya 50 kilometer persegi dikunjungi oleh 1500 orang wisatawan pada saat long week end beberapa minggu lalu. Pemandangan di Teluk Jakarta : Tampak gedung-gedung di Pantai Marina Ancol Berangkat di hari sabtu pagi di mana gelap masih tersisa yang perlahan-lahan didesak oleh sinar matahari pagi, saya bersama rekan-rekan dari komunitas XL Adventure melakukan perjalanan m

Transmigrasi, Sawit dan Kebutuhan Kita

Lestari alamku, lestari desaku Dimana Tuhanku menitipkan aku Nyanyi bocah-bocah di kala purnama Nyanyikan pujaan untuk nusa Damai saudaraku, suburlah bumiku Kuingat ibuku dongengkan cerita Kisah tentang jaya nusantara lama Tentram kertaraharja di sana Sebuah cerita mengunjungi daerah transmigran, hampir sama kisahnya dengan daerah-daerah transmigran lain di pelosok Sumatra atau Borneo. Juga mungkin di daratan-daratan menghijau lainnya. Hutan, manusia, dan kebutuhan kita. Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata Transmigrasi? Tentulah sebuah program perpindahan penduduk dari daerah padat ke daerah yang jarang. Meratakan kesejahteraan dari dampak laju kelahiran dan pertambahan umat manusia di negeri ini. Dia yang kalah oleh sawit Di sebuah sudut warung di tepian desa kecil di daerah Kuamang Kuning, Muarobungo, Jambi. Pada suatu hari menjelang senja, setelah melewati perjalanan berkilo-kilometer, pemandangan yang telihat hanyalah sawit, sawit, dan sawit. Beberapa tong

Pasar Terapung Sungai Barito

Gelap masih menyelimuti Kota Banjarmasin . Udara subuh masih dingin. Jalanan terlihat sepi walaupun satu dua kendaraan bermotor melintas. Di depan Masjid Sultan Suriansyah , di tepi Sungai Kuin , perahu-perahu yang disebut klotok ini mulai menyusuri sungai ke arah barat. Masyarakat tepian sungai tampak baru memulai aktifitasnya. Satu dua perahu kecil tampak mulai ramai. Sebagian besar menuju ke barat, ke arah muara, ke Sungai Barito . Pagi di Pasar Terapung Beberapa perahu lebih kecil juga terlihat hilir mudik, dengan satu orang pengemudi dan barang-barang muatan yang kebanyakan berupa sayuran dan buah. Semua adalah penduduk asli Kalimantan Selatan , Suku Banjar yang sudah dari lahir akrab dengan Barito , kebanyakan ibu-ibu setengah baya, memulai aktifitas pagi di Pasar Terapung muara Sungai Kuin . Pisang dan Sayur Mayur Menjadi Barang Dagangan Utama Sementara di lain pihak, beberapa perahu lain yang lebih besar berisi lebih banyak penumpang berlayar hilir mudik. Para penumpangnya s

Banjir Dayeuhkolot

Sore itu mendung masih bergelayut di langit Bandung Selatan . Gerimis masih turun. Saat itu saya ikut dengan beberapa rekan dari Astacala dan KSR melakukan assesment ke beberapa titik posko pengungsian banjir di Desa Dayeuhkolot dan Desa Citeureup . Sore itu, banjir masih setinggi betis Kantor Kecamatan Dayeuhkolot , Kantor Desa Dayeuhkoot dan Citeureup , Kantor Polsek, Koramil, Kantor PLN, dan Masjid Besar di Dayeuhkolot dipenuhi oleh para pengungsi. "Sedih Dik saya melihat kondisi ini. Lihat saja, ruangan komandan kami juga terpakai untuk menampung para pengungsi", begitu ungkap salah seorang anggota militer di Kantor Koramil yang kami datangi. Beberapa pengungsi ada yang demam dan flu, dan sebagian besar gatal-gatal. Satu orang setengah baya dikabarkan ditemukan meninggal karena tidak mau meninggalkan rumahnya. Posko dapur umum yang tiga hari terakhir berdiri di samping Student Center IT Telkom tampak sibuk setiap sore dan subuh. Bisa dibayangkan di sela-sela kuliah da

Gunung Sumbing 3360 Mdpl

Pada artikel kali ini akan saya bahas sedikit mengenai Gunung Sumbing dan jalur pendakiannya melalui Dusun Garung, Desa Butuh, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Sumbing 3360 Mdpl tampak dari base camp Garung Gambaran Umum Gunung Sumbing adalah gunung bertipe strato (kerucut) berketinggian 3360 mdpl berdasarkan peta bakosurtanal terbitan tahun 2000. Gunung yang berhadapan dengan Gunung Sundoro ini merupakan gunung tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah. Terbagi dalam wilayah Kabupaten Wonosobo, Magelang, dan Tumanggung. Akses dari Kota Terakhir Pendakian Gunung Sumbing melalui Dusun Garung dapat dicapai dari dua kota, yaitu Wonosobo dan Magelang. Dari Wonosobo bisa menggunakan bus menuju Magelang dan turun di pertigaan Dusun Garung yang ditandai dengan adanya sebuah gapura. Demikian juga jika dari Magelang, bisa menggunakan bus yang menuju Wonosobo dan turun di tempat yang sama. Kordinat gapura pertigaan Dusun Garung ini adalah 110 o 01’03’’E, 07 o